Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal

Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal - Hallo sahabat Sopa, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel planologi, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal
link : Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal

Baca juga


Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal

Image by Simon Goede from Pixabay

Transformasi fisik kampung, dari kampung horizontal menjadi kampung vertikal tentunya bisa saja terjadi atau dijadikan, dengan syarat jiwa kampung itu tetap sesuai di cangkang yang baru yang disebut kampung vertikal itu, karakter kampungnya terakomodasi dalam kualitas ruang. Untuk memahami jiwa dan karakter kampung, perlu mempelajari dan mendalami sosial budaya dan sosial ekonomi komunitas kampung, dalam hal ini kampung kota yang sarat dengan keberagaman namun mempunyai fleksibilitas dan toleransi yang tinggi.

Terutama karena alasan “lokasi, lokasi dan lokasi”, maka penataan dan organisasi ruang harus benar-benar efisien dan efektif. Ruang yang dimaksud adalah ruang hunian, ruang fasilitas sosial, ruang fasilitas umum dan ruang-ruang penghubung antar ruang-ruang tersebut.

Jika kampung horizontal tumbuh secara inkremental, mengisi lahan ‘tak-bertuan’ dan area-area marginal, yang tadinya cukup longgar kemudian menjadi padat sejalan dengan pertambahan populasi, maka kampung vertikal pun disiapkan untuk bisa tumbuh inkremental namun terkendali dengan fasilitas tanah susun (artifisial land) dengan penyediaan persil yang berpola, namun tidak mengikat keseragaman wujud unit hunian yang bisa dibangun secara bertahap dan secara swadaya sesuai dengan kondisi bahan bangunan dan pembiayaannya.

Jika di kampung horizontal warga yang beragam latarbelakang budaya dan ekonomi bisa memanfaatkan lahan secara multiguna (mixed landuse), maka kampung di vertikal pun mestinya warga bisa memanfaatkan ruang secara multiguna (mixed space-use di setiap lapis tanah (artificial land).

Jika di kampung horizontal warga miskin, MBR (low income family) dan MBM (middle income family) bisa hidup berdekatan, maka seharusnya di kampung vertikal pun warga dengan perbedaan tingkat pendapatan (mixed incomes) ini bisa hidup dalam hubungan saling kebergantungan (interdependen) sosial dan ekonomi yang harmoni.

Peran Warga, Komunitas Lokal, Calon Penghuni (Captive Target) 

1. Tahap Persiapan dan Perencanaan 

Seperti matriks pembangunan perumahan oleh masyarakat yang diilustrasikan di atas, maka sangat penting untuk melakukan pendampingan warga oleh pihak pemda/pemkot atau diwakili oleh fasilitator, dalam tahap persiapan dan perencanaan. Tahap ini disebut juga participatory spatial planning.

Di tahap ini juga warga sudah menyusun perencanaan pembiayaan bagi pembangunan dan pemeliharaan perumahan dan permukimannya (business plan) yang didampingi oleh fasilitator. Akan sangat baik jika ada kelembagaan masyarakat yang bisa juga berfungsi sebagai pengelola keuangan komunitas, misalnya koperasi warga.

2. Tahap Konstruksi 

Karena ini kampung yang pertumbuhannya inkremental, maka tahap konstruksinya tidak bisa dibatasi secara kaku. Untuk struktur utama, tapak di tanah susun, transportasi vertikal dan sistem sanitasi dan utilitas bisa dilakukan dengan partisipasi sektor swasta (supplier/kontraktor), namun unit hunian sebaiknya tetap dilakukan secara swadaya dan gotong royong warga setempat yang waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi ketersediaan bahan bangunan dan/atau pembiayaan oleh keluarga masing-masing. Pemda dan/atau pemkot bisa menyediakan fasilitator teknik atau menyediakan posyandu teknik di setiap lingkungan permukiman.

Dalam transformasi kampung horizontal menjadi kampung vertikal ini akan diperlukan unit-unit hunian sementara yang digunakan secara bergantian. Warga perlu terlatih untuk memasang dan membongkar serta memasang kembali rumah bedeng atau rumah sementara ini (portable shelter).

3. Tahap Penggunaan dan Pemeliharaan & Pengelolaan

Di tahap ini peran warga setempat atau pemukim semakin besar, pihak swasta tidak perlu lagi terlibat, namun pihak pemda/pemkot tetap terlibat dalam porsi kecil, sebagai regulator dan fasilitator atau penyedia fasilitasi publik.

Karena adanya rasa memiliki (sense of belonging) sejak awal, dengan peran aktif sejak tahap persiapan dan perencanaan, maka warga akan meiliki juga rasa tanggungjawab (sense of responsibility) yang lebih besar. Warga peduli danberpartisipasi aktif dalam pengawasan penggunaan ruang dan lingkungan permukiman.  



Demikianlah Artikel Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal

Sekianlah artikel Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal dengan alamat link https://sopasopi.blogspot.com/2021/01/transformasi-kampung-horizontal-ke.html

0 Response to "Transformasi Kampung Horizontal ke Kampung Vertikal"

Post a Comment